Koneksi broadband atau jaringan  telekomunikasi pita lebar semakin menjadi kebutuhan, terutama ketika  perangkat mobile broadband mulai membanjiri pasar. Namun, kehadiran  gadget-gadget pintar itu terasa terlalu cepat sehingga tidak atau belum  didukung jaringan yang memadai.
Sepertinya selalu ada  kesenjangan penerapan teknologi komunikasi, selalu terlambat. Bahkan,  kalau toh sudah ada, penerapannya tidak maksimal. Operator sudah sangat  berbangga memiliki sekian ribu BTS, tetapi tidak pernah dijelaskan BTS  dengan kualitas seperti apa.
Hadirnya ponsel-ponsel canggih (smartphone)  menjadi tidak ada artinya ketika koneksi broadband tidak bisa  diandalkan. Barang canggih itu hanya berfungsi seperti ponsel biasa,  sekadar komunikasi suara dan SMS, selebihnya fitur yang tidak memerlukan  jaringan.
Hal ini menjadi semakin terasa ketika mulai muncul  iPhone, terlebih lagi ponsel canggih berbasis Android dalam setahun ini.  Meski berfitur canggih, ya tetap saja terlihat ”dungu” dengan koneksi  broadband yang tersendat-sendat.
Bisa jadi ini karena sampai  sekarang operator masih melihat koneksi suara sebagai primadona sehingga  koneksi data masih tetap nomor dua. Selain luasnya negeri ini juga  merupakan kendala, apalagi daya beli masyarakat juga masih rendah.
Walaupun  vendor jaringan Ericsson akhir tahun lalu menemukan bahwa lalu lintas  data sudah melebihi suara di tingkat global. Trafik itu meningkat 280  persen tiap tahun selama dua tahun terakhir dan diperkirakan akan  meningkat dua kali lipat pada lima tahun ke depan.
Akankah perubahan seperti ini juga akan terjadi di negeri ini?
 

No comments:
Post a Comment